Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Wali Allah yang Dituduh Sebagai Orang Pelit

Kisah Wali Allah yang Dituduh Sebagai Orang Pelit

Kisah ini menceritakan tentang seorang wali Allah ketika terjadi gejolak batin yang terjadi antara pikiran dan hatinya, dan akhirnya ia mendapatkan sebuah pelajaran dan petunjuk, nama wali Allah adalah Abu Bakar al-Syibli. Saat itu, Abu Bakar al-Syibli sedang duduk-duduk santai, tiba-tiba muncul sebuah kata di dalam hatinya, “Kamu ini orang bakhil (pelit)”. Dalam fikiranya pun mencoba menolak dan melawannya. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa dirinya bukanlah orang yang pelit. Tapi tetap saja, hatinya terus memberitahunya bahwa dia adalah orang yang pelit.

Hal ini kemudian membuatnya bertekad bahwa suatu hari, jika dia memiliki banyak kekayaan, dia akan memberikannya kepada seseorang yang membutuhkan ( Fakir Miskin) yang dia temui untuk pertama kalinya di hari itu. Sampai suatu hari, seorang teman mendatanginya dengan membawa uang lima puluh dinar, suatu jumlah yang cukup banyak. "Gunakan uang ini untuk memenuhi kebutuhan Kamu!" temannya berkata kepada al-Syibli menawarkan bantuan. 

Baca Juga : Kisah Karomah Waliyallah yang Sholat Di Atas Air

Sesuai dengan niat awalnya, yang dia butuhkan saat itu adalah memberi orang miskin. Tidak lama kemudian, dia keluar dari rumahnya untuk mencari orang yang membutuhkan yang mau menerima uang darinya. Ternyata pertama kali dia bertemu hari itu adalah seorang pria buta yang malang. Saat itu, dia sedang potong rambut di sebuah tempat jasa potong rambut.

Dia juga memberikan paket yang berisi lima puluh dinar yang dia bawa untuk orang buta itu. Namun, siapa sangka, ternyata uang tersebut ditolaknya. Sebaliknya, ia menyarankan kepada al-Syibli agar uang tersebut diberikan kepada tukang cukur (sebagai biaya cukur). "Yang benar saja. Ini Uang sangat banyak, lima puluh dinar. Masak hanya diberikan kepada tukang cukur sebagai bayaran atas jasanya. 

Bukankah itu keterlaluan? ”Ucap al-Syibli menolak permintaan tersebut. Ternyata pria buta yang ada di depannya itu tahu gejolak yang dialami al-Syibli. Ia lalu berkata, “Tidak salah, kamu memang orang yang pelit”. Pernyataan tersebut akhirnya membuat al-Syibli bersedia memberikan uang tersebut kepada tukang cukur tersebut.

Tukang cukur pun juga menolak. Ia berkata, “Sejak pertama kali orang itu memotong rambut kepada saya, saya berjanji tidak akan mengambil bayaran / upah darinya”. Karena tidak ada yang mau menerimanya, al-Syibli akhirnya melemparkan uang tersebut ke dajlah (sungai Tigris, Irak). Ia berkata pada dirinya sendiri, "Barangsiapa yang menganggap kamu (uang) itu mulia, maka ia akan dipermalukan oleh Allah SWT".

Kisah di atas bisa dibaca di kitab Masalik al-Abshar fii Mamalik al-Amshar karangan Ibnu Fadhlillah al-Umari. Cerita di atas seakan mengajak kita untuk tidak merasa berat dalam memberikan apa yang kita berikan kepada mereka yang memang membutuhkannya. Berbagi harta yang kita miliki kepada sesama, apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini, memang terasa sangat berat. Tapi di situlah "seni" itu. Namun, bukankah pahala yang akan diterima sesuai dengan pengorbanan yang dikeluarkan? Al-Suyuti dalam Al-Asybah wa Al-Nadzhair berkata, “Amalan yang lebih banyak adalah pengorbanan, maka semakin banyak pula kebajikannya”.

Alhasil, memberi adalah hal baik yang harus dilakukan terus menerus, jika memungkinkan, dengan nominal yang banyak. Nabi Muhammad SAW. bersabda :

“Tangan di atas lebih baik dari pada tangan ke bawah. Dan mulailah dengan orang yang Anda andalkan. Dan paling banter sedekah adalah yang diberikan dari orang-orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatannya, Allah akan menjaganya dan barangsiapa merasa cukup, Allah akan memberikan cukup baginya. (HR Bukhari). Wallahu A'lam Bishowab...


Posting Komentar untuk " Kisah Wali Allah yang Dituduh Sebagai Orang Pelit"