Kisah Seorang Guru yang Arogan dan Murid yang Bodoh
Hidayahilahi.com- Di sebuah desa, ada sebuah pesantren didiami oleh seorang guru dan beberapa santri yang berasal dari desa tersebut dan desa-desa lain di sekitarnya. Desa ini sangat sederhana, sebagian besar penduduknya hanya berpendidikan rendah, bahkan ada yang tidak sekolah. Namun berkat keberadaan pesantren di desa tersebut, para orang tua berbondong-bondong mendaftarkan anaknya, berharap anaknya menjadi lebih baik.
Dari sekian banyak santri, satu sangat bodoh. Sebut saja namanya fulan. Si Fulan ini tidak punya ayah dan ibu, karena sudah meninggal dunia karena kecelakaan saat Fulan masih umur 12 tahun. Kemudian ia ditempatkan di pesantren oleh warga sekitar karena merasa kasihan padanya. Fulan ini sangat bodoh, ketika diajarkan membaca 'alif' yang ia ingat 'ba', diajarkan 'a' yang ia ingat 'b', diajarkan '1' yang ia ingat '2' dan seterusnya. Jadi dia sering sekali ditegur oleh teman-temannya.
Hal ini membuat sang guru membencinya. Seringkali, saat di dalam kelas, guru selalu menyuruh Fulan untuk meninggalkan kelas, berpikir bahwa kebodohan Fulan dapat mengganggu konsentrasi santri lain. Guru merasa ilmunya hanya akan sia-sia jika diajarkan ke si Fulan. Tetap saja, Fulan tidak membenci guru dan teman-temannya. Bahkan ia semakin menghormati gurunya dan menyayangi teman-temannya meski banyak temannya yang menghinanya. Sebenarnya gurunya baik, hanya saja dia tidak sabar melihat kebodohan Fulan dan ketidaksabaran ini membuatnya sombong.
Suatu hari guru itu menderita bisul (luka kulit yang lebih parah dari kudis, berisi nanah dan darah) di lututnya. Ini membuatnya sulit untuk berjalan. Guru berencana untuk meminta bantuan murid-muridnya, kecuali Fulan, karena guru sangat membencinya. Sore harinya, guru mengumumkan kepada murid-muridnya bahwa malam ini, ketika Fulan tidur, para santri akan datang ke kamar guru, karena ada sesuatu yang harus sampaikan, pada saat itu Fulan berada di hutan, dia disuruh guru untuk mencari kayu bakar. Di tengah malam para santri bangun sesuai rencana, Fulanya masih tidur malam itu. Mereka datang ke ruang kamar guru.
“Guru, apa yang ingin Guru ceritakan kepada kami?” para santri bertanya “ Saat ini kaki saya sakit parah, saya khawatir jika tidak diatasi, itu akan membusuk,” kata guru , "Siapa di antara kalian yang rela menghisap dan membuang darah dan nanah yang ada di kakiku? Karena aku sendiri tidak bisa melakukannya," tanya guru itu.
Semua santri saling berpandangan, tidak ada yang menjawab. Karena mereka tahu itu hal yang paling menjijikkan. "Ya, kalau tidak mau... mungkin akan sembuh dalam beberapa hari," kata guru itu dengan kesal. Kemudian santri disuruh kembali ke tempat tidur. Saat guru tertidur, Fulanya datang, ternyata saat sedang berdialog, si Fulan mendengarkan keluhan guru dari teman-temannya. Tanpa pikir panjang, si Fulan menyedot isi luka di kaki guru itu hingga kering dan membuangnya. Kemudian dia kembali tidur.
Baca Juga : Kisah Seorang Santri yang Mendapatkan Istri gara-gara Sepotong Terong
Keesokan paginya guru bangun dari tidur. Dia kaget, karena kakinya sudah sembuh, lukanya sudah kering. “Siapa yang menghisap lukaku?” kata dalam hatinya. "Ini pasti ulah Fulan, aku tidak mau," pikirnya. Kemudian dia bertemu dengan si Fulan dan menanyakan hal itu, memang benar si Fulan yang menyedotnya. Guru tersebut marah besar dan menyuruhnya keluar dari pesantren karena merasa terhina. Fulan hanya bisa meneteskan air mata. Lagi pula, dia tidak punya siapa-siapa di desanya.
Dengan hati sedih, Fulan meninggalkan desa dan pergi mencari tempat tinggal baru. Di tengah perjalanan ia menemukan sebuah gua. Dia memasuki gua untuk beristirahat. Saat beristirahat, dia melihat air menetes tanpa henti dari langit-langit gua. Dia terus mengamati kejadian itu dan kemudian berpikir. Malam itu dia tidur dan bermimpi melihat ada sebuah cahaya. Cahaya yang begitu terang.
Keesokan paginya dia bangun untuk melanjutkan perjalanannya ke desa lain. Dia tidak menyadari bahwa tadi malam dia menerima hadiah dari Allah berupa ilmu… karena akhlaknya yang sangat baik terhadap guru dan teman-temannya.
10 tahun kemudian dia kembali ke desanya, karena dia sangat merindukan guru dan teman-temannya. Kali ini dia tidak seperti sebelumnya, dia memiliki lebih banyak ilmu pengetahuan. Bahkan guru kalah dibandingkan si Fulan. Sang guru yang biasa jalan kaki, sedangkan si Fulan sekarang memiliki ilmu yang bisa terbang. Tapi dia tidak sombong dan pendendam.
Ketika dia kembali, dia disambut dengan hangat oleh semua orang di desa. Teman-temannya berebut memeluknya sambil meminta maaf atas sikap mereka dulu. Di tengah kerumunan, seorang lelaki tua berjalan mengampiri si Fulan. Orang tua itu adalah guru yang mengusirnya saat itu. Penuh penyesalan, merasa bersalah dan guru pun memeluk erat dan menangis deras sambil meminta maaf kepada si Fulan, dan bersyukur, karena kakinya sudah sembuh.. Fulan hanya bisa meneteskan air mata.. dan maafkan mereka semua, guru itu menyadari bahwa selama ini ia tidak jujur dan arogan terhadap santrinya.
Akhirnya, guru meminta Fulan untuk menggantikannya di pesantren, karena merasa guru sudah terlalu tua umurnya. Dan Fulan lah yang pantas menggantikannya. Sekarang si Fulan menjadi ulama yang alim dan sholeh di desanya, namun dia tidak sombong dan berperilaku rendah hati. Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita (termasuk saya), jika kita memiliki ilmu (dunia atau akhirat), mari saling berbagi. Karena yang kita miliki hanyalah titipan. Dan ingatlah, selain sedekah, ada 3 hal yang akan dibawa ketika kamu mati.; Sedekah Jariyah, doa anak sholeh dan ilmu yang bermanfaat.
Jadi jika kita mengajarkan ilmu yang kita miliki kepada orang lain, tentu akan bermanfaat. Dan ingatlah jika kita adalah seorang guru/orang yang mengajar, mari kita bersabar dan tidak sombong. Karena ilmu yang kita miliki tidak lebih dari setetes air di lautan dibandingkan dengan ilmu Allah SWT. Wallahu A'lam Bishowab....
Posting Komentar untuk "Kisah Seorang Guru yang Arogan dan Murid yang Bodoh"
Masukkanlah Komentarmu dengan Baik..!!!