Profil K.H. Wahid Hasyim Sosok Ayah Dari K.H. Abdurrahman Wahid / Gus Dur
Hidayahilahi.com- Sudah tidak asing lagi dengan tokoh K.H. Wahid Hasyim atau ayah dari presiden keempat yaitu K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Namun, masih banyak orang yang belum mengetahui sejarah profil K.H. Wahid Hayim yang memiliki sifat Nasioanalisme itu. Berikut profil K.H. Wahid Hasyim :
K.H. A. Wahid Hasyim lahir di Jombang pada hari Jum’at Legi 5 Rabiul Awal 1333 H/1 Juni 1914 M. Putra lelaki pertama Hadratus Syeikh K.H. M. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iyah NU.
PENDIDIKAN:
Sejak kecil K.H. Wahid Hasyim belajar pada ayahnya dan menjadi siswa di Madarasah Salafiyah di Pesantren Tebuireng. Usia 13 tahun belajar kepada Kyai Khozin di pondok Siwalanpanji, Sidoarjo (Di pesantren inilah ayahnya dulu berguru dan dijadikan menantu). Lalu melanjutkan ke Pesantren Lirboyo, Kediri. Dalam usia 15 tahun sudah menguasai Bahasa Arab, Inggris dan Belanda. Tahun 1932 mendirikan organisasi IKPI (Ikatan Pelajar Islam) dan mendirikan perpustakaan dengan koleksi banyak 1.000 buku.
PENGABDIAN:
Ketika berusia 24 tahun mulai aktif dalam jamiyah Nahdlatul ‘Ulama. Mula-mula menjabat sebagai penulis 1 (Sekretaris Ranting) NU Tebuireng, kemudian meningkat menjadi anggota pengurus NU Cabang Jombang. Dalam waktu kurang dari satu tahun beliau sudah terpilih sebagai Wakil Ketua Tanfidziyah PBNU yang menangani masalah pendidikan, Ketua PP LP Ma’arif (1938).
Tahun1939 Terpilih sebagai Ketua Dewan MIAI. Ketika Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) berdiri, 1943, K.H. Wahid Hasyim duduk sebagai ketua 2. Sedangkan ketua umumnya ayahnya sendiri, Ketua 1 Bagus Hadikusumo dan ketua 3 Mr. Kasman Singodimejo.
Tahun 1944, K.H. Wahid Hasyim didatangi utusan balatentara jepang yang memintanya agar mengirimkan para santri Pesantren masuk Heiho (Prajurit pembantu Jepang) yang banyak di kirim ke Burma. Namun permintaan itu di tolak oleh K.H. Wahid Hasyim. Justru beliau mengusulkan agar mereka melatih para Santri tentang kemiliteran untuk mempertahankan dalam Negeri. Ternyata usulan diterima. Maka sejak 14 Oktober 1944 berdirilah Hizbullah. Mereka dilatih oleh tentara Jepang dan para Shodanco PETA selama tiga bulan di Cibarus ,Bogor.
Pada tahun yang sama di tunjuk sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Pusat, menggantikan ayahnya, yang sebagai pemimpin resmi tidak bisa meninggalkan Jawa Timur. Dalam pada itu dia terpilih sebagai anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia) dengan termasuk sub Panitia Sebelas yang pada tanggal 22 Juni 1945 mendatangani Piagam Jakarta. Sampai akhirnya beliau menjabat umum Ketua Umum PBNU pada tahun 1952, menggantikan K.H. Nahrawi Thoifur.
Baca Juga:Profil K.H. Achmad Siddiq Tokoh Ulama Cerdas di Indonesia
KARIR:
Dalam kabinet pertama yang di bentuk Presiden Soekarno (September 1945) beliau ditunjuk sebagai Menteri Negara. Demikian pula dalam Kabinet Syahrir (1956). Ketika KNIP dibentuk, beliau menjadi salah seorang anggotanya, lalu meningkat menjadi anggota BP KNIP (1946).
Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI (1949), beliau dilantik sebagai Menteri Agama tiga periode, yaitu dalam Kabinet Hatta (20 Desember 1949-6 September 1950), Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951), dan Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952). Beliaulah yang merintis dan mempelopori berdirinya IAIN di seluruh Indonesia.
Kisah K.H Wahid Hasyim
[Malam itu kira-kira pukul 21.00, tapi jalanan di Jakarta agak sepi. Hanya terlihat beberapa delman dan orang naik sepeda. Mobil-mobil tidak begitu kelihatan. Itupun cuma di naiki tuan-tuan dari Nipon. K.H. Saifuddin Zuhri duduk di samping K.H. Wahid Hasyim yang sedang mengemudikan mobil Fiat hitam.
“Inikah mobil dinas, Gus?” tanya Saifuddin. “Bukan! Mobil dinas cuma dipakai saat di kantor. Itupun jarang saya pakai. Saya diberi mobil dinas namun memakai tanda jepang. Jadi saya tidak mau mengendarainya. Saya malu memakai mobil-mobil militer Jepang. Sebab itu saya membeli sendiri mobil Fiat ini,” jawab K.H. Wahid Hasyim.
“Bagaimana caranya bisa membeli mobil sendiri di jaman begini?” tanya Saifuddin. “Kalau soal mobil tidak bisa memecahkan, namun pertanyaan seharusnya, bagaimana bisa memecahkan permasalahan rakyat?” jawab Kyai Wahid tegas. “Mobil adalah alat berpergian, juga alat berjuang.
Banyak di antara kawan-kawan kita yang sudah tergolong pemimpin, kadang-kadang persoalan rumah tangga saja tidak bisa di pecahkannya. Bagaimana bisa memecahkan persoalan umat yang jauh lebih besar dari sekedar masalah rumah tangga.”]
WAFAT:
K.H. Wahid Hasyim meninggal dunia pada tanggal 19 April 1953 akibat kecelakaan mobil yang di naikinya di daerah Cimindi, antara Cimahi dan Bandung, dalam usia 39 tahun. Dimakamkan di kompleks pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng, di dekat makam ayahandanya. Ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, salah seorang putranya, K.H. Abdurrahman Wahid, akan menjadi Presiden RI ke-4, setelah menjabat Ketua Umum PBNU tiga periode.
Sumber : Buku NU
Posting Komentar untuk "Profil K.H. Wahid Hasyim Sosok Ayah Dari K.H. Abdurrahman Wahid / Gus Dur"
Masukkanlah Komentarmu dengan Baik..!!!