Kisah Hilangnya 70000 Siksa Kubur Akibat Sholawat Nabi

Kisah Berhentinya Siksa Kubur yang menimpa 70.000 Ahli kubur. Pada suatu hari, ada seorang wanita tua sowan bertamu menghadap imam Hasan Al-Bashri (yaitu ulama era kekhalifahan umayyah). Wanita itu dulunya punya anak perempuan, namun telah meninggal dunia.

Kemudian berbincanglah ibu tua dan imam Hasan Albashri. Ibu tua itu lalu menyampaikan rasa rindu yang sangat dalam kepada anak perempuanya. Rasa kehilangan sangat dirasakan. Ingin rasanya ibu tua itu bertemu dan mengetahui kondisi sang anak meski hanya terjadi dalam mimpi.

Imam hasan Al-Bashri lantas memahami perasaan si ibu tua itu. beliau lantas memberikan resep kepada si ibu agar bisa bertemu dengan sang anak. Sang imam lalu memerintahkan ibu tua itu untuk melaksanakan sholat 4 rokaat, adapun waktunya dilakukan setelah sholat ‘Isya.

Imam Hasan Albasri berkata “Bacalah surah Alhakumut takatsur pada tiap-tiap rokaat ba’da membaca fatihah. Kemudian berbaringlah. Bacalah sholawat nabi sampai anda  terlelap tidur” Sang ibu tua lantas melaksanakan nasihat dan arahan dari sang imam.

Setelah sowan, ibu tua lantas pulang dan melaksanakan tips amalan dari sang imam. Sang ibu merasa begitu kangen dengan sang anak. Ia lalu melaksanakan sholat empat rokaat.

Dalam sholat setelah membaca surat fatihah, beliau lalu membaca surah alhakumut takatsur pada tiap-tiap roka’at. Semua pesan yang disampaikan sang imam, benar-benar sang ibu laksanakan. Siapa tahu amalan ini bisa menjadi wasilah untuk bisa bertemu sang anak dalam mimpi.

Setelah sholat Si ibu tua lantas berbaring sembari membaca sholawat .Bacaan sholawat lalu beliau ucapkan hingga akhirnya tertidur. Dan benar, didalam mimpinya, akhirnya sang ibu bisa bertemu dengan sang anak.

Namun malang, dalam mimpi itu  sang anak terlihat sedang terkena siksa kubur. Sang anak terlihat dibelenggu dan dipasung dalam azab kubur. Kejadian yang menyedihkan ini lantas membuat sang ibu terkejut.

Setelah terbangun dari mimpinya, sang ibu tua lalu kembali bertamu kepada imam hasan al-bashri. Sang ibu lantas menceritakan kisah sedih sang anak yang dialami dalam kubur. Setelah mendengar keluh dan curhat dari sang ibu, imam Hasan lantas sempat ngerasa gelisah dan bimbang.

Beliau kemudian merekomendasikan kepada sang ibu untuk bershodaqoh yang amalnya dihadiahkan kepada anaknya. Lalu sang ibu lantas pulang dan melaksanakan nasihat sang imam.

Dan, akhirnya keadaan sianak kini benar-benar telah berubah.  Namun kali ini, imam albashri lah   yang bisa bertemu   si anak dalam mimpi.  Dimalam itu, imam Hasan bagai dalam pertamanan surga. Didalamnya tersedia sofa yang bagus.

Dalam taman itu Imam Hasan melihat   seorang wanita muda berwajah cantik dan bemahkota cahaya pada kepalanya. Si wanita muda lalu bertanya kepada imam hasan “Apakah bapak mengenal  saya”    imam hasan menjawab “Tidak kenal”. Si wanita muda lalu menjelaskan  bahwa dirinya adalah anak dari ibu tua yang mengunjungi sang imam. 

Imam Hasan lantas heran mengetahui hal itu, beliau berkata “Iya, tapi bukan seperti (sebaik) ini ibu kamu menceritakaan keadaanmu” wanita muda menjawab “Anda benar, kemarin-kemarin kondisiku memang demikian (buruk dan tersiksa” imam hasan bertanya “ lantas dengan apa kamu memperoleh kemulian seperti ini..?” wanita muda lantas mengisahkan kisahnya.

Ia lalu berkata “Di alam barzah, kami jumlahnya ada tujuh puluh ribu orang yang mendapaat azab kubur. Tapi pada suatu hari, terdapat orang sholih yang melewati kuburan kami.

Orang sholih itu membacakan satu kali sholawat lalu pahalanya dihadiahkan kepada kami, hingga akhirnya kemudian Allah membebaskan kami dari siksa itu berkat Rasulullah SAW. Kondisiku sampai berubah seperti yang anda sekarang lihat” Masya Allah

Itulah kisah dasyatnya sholawat nabi yang mampu menghilangkan siksa kubur tujuh puluh ribu orang di alam kubur. Kisah ini dilansir dari Kitab Tsimarul Yaniah, karya Syekh Nawawi Albantani. Semoga kisah ini bisa menambah rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW dan bisa memotifasi kita untuk gemar bersholawat amin. Wallahu A’lamu bishowab.

Dilansir dari Kitab: Tsimarul Yaniah Syekh Nawawi Albantani