Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Orang Yang Boleh Tidak Puasa Ramadhan dan Syaratnya


inilah Dosa dan Hukum orang yang meninggalkan Puasa Ramadhan. Pada bulan Ramadhan, banyak kita jumpai orang-orang fasiq yang tidak melaksanakan ibadah puasa. Mereka bahkan berani makan, minum, merokok, secara terang terangan disiang bolong. Padahal mereka tahu bahwa Puasa Ramadhan adalah wajib hukumnya dan Dosa besar apabila ditinggalkan tanpa udzur yang syar’i. Ibadah Puasa Ramadhan adalah termasuk salah satu rukun islam yang wajib di laksanakan.

Barang siapa yang berani meninggalkan puasa, berarti ia berani melanggar perintah Allah. Pedih sekali azab yang kelak diterima orang-orang yang meninggalkan puasa Ramadhan. Dalam kitab Al kabair, imam Adzahabi menyatakan bahwa orang yang meninggalkan puasa tanpa udzur, maka ia lebih buruk dari pezina dan peminum khamr, diragukan keislamanya dan disangka zindiq. Coba kita bayangkan betapa besar dosa dan azab orang yang meninggalkan Puasa.

ORANG YANG DIPERBOLEHKAN MEMBATALKAN PUASA

Didalam islam kita boleh untuk membatalkan puasa Ramadhan dengan beberapa alasan udzur sesuai syariat. Sebagai contoh, Apabila ada seorang ibu tengah hamil/ menyusui khawatir apabila fisiknya dan anaknya terancam apabila berpuasa, Maka ia boleh tidak berpuasa, tetapi wajib mengqodo puasa di luar Ramadhan.

Namun apabila fisik sang ibu kuat berpuasa namun khawatir anaknya celaka semisal keguguran apabila puasa, maka ia boleh tak berpuasa namun dengan wajib menggodho puasa dan membayar fidyah.

Selanjutnya bagi musafir/ orang yang melakukan perjalanan maka boleh membatalkan puasanya dengan beberapa ketentuan. Yaitu seperti jarak perjalanan  yang ditempuh yaitu jarak perjalanan yang diperbolehkan untuk mengqoshor sholat. Selanjutnya, perjalanya bersifat mubah/ boleh seperti mudik lebaran dan bukan perjalanan untuk bermaksiat .

Selanjutnya perjalanan dilakukan dimalam hari dan sebelum waktu subuh tiba sudah keluar dari batas wilayah desanya. Musafir boleh membatalkan puasanya tetapi wajib mengqodo Puasanya di lain hari.

Selanjutnya apabila ada seseorang yang sakit tidak permanen (dalam arti sakitnya bisa sembuh suatu saat), maka ia boleh membatalkan puasa Ramadhan tetapi wajib mengqodo puasanya di hari lainya. Kewajiban menggodho puasa, juga berlaku bagi seseorang yang mengalami sakit ayan, orang yang lupa tak niat puasa dimalam hari, dan juga orang yang sengaja membatalkan puasa sebelum waktu berbuka tiba.

Tetapi apabila ada seseorang yang sudah sakit parah dan sudah tidak ada harapan lagi untuk bisa sembuh. Maka orang tersebut diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan tidak wajib menggodho puasanya, tetapi wajib menggantinya dengan membayarkan fidyah.

Hal ini dikareanakan fisik orang sakit itu sudah lemah, dan bisa mengancam keselamatan bila berpuasa.  Juga termasuk dalam kategori ini adalah orang tua renta yang tidak kuat lagi berpuasa, maka mereka hanya wajib membayar fidyah saja dan tidak wajib menggodo puasanya.

Kemudian, bagi orang memiliki pekerjaan yang super berat seperti contohnya tukang  bangunan, buruh cangkul di sawah, Kuli beban berat dan lain sebagainya, maka mereka tetap wajib berpuasa dan berniat puasa dimalam hari.

Namun apabila saat berpuasa di siang hari mereka merasa keberatan, super lemas, dan tidak kuat, maka mereka diperbolehkan untuk membatalkan puasanya karena kondisi darurat. Namun disisi lain, mereka masih tetap berkewajiban untuk mengqodho puasanya di hari lainnya.

Kemudian, bagi orang yang hilang akalnya seperti orang gila, lalu bagi anak kecil yang belum masuk usia baligh, dan orang-orang kafir, maka mereka tidak diwajibkan berpuasa, tidak wajib menggodo puasa, dan tidak wajib membayar fidyah puasa.

Namun Bagi orang tua, hendaknya sudah mulai mendidik sang anak untuk latihan puasa ketika sudah berumur 7 tahun. Dan Nanti apabila sudah balih, maka si anak sudah wajib hukuumnya untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Kemudian, bagi orang yang mati tapi masih punya hutang puasa ada beberapa perincian. Apabila seseorang sebelum mati mengalami uzur seperti sakit parah hingga tidak mampu puasa sampai kematiannya, maka bagi ahli waris tidak ada kewajiban untuk menggodo puasa si mayit maupun membayar fidyah.

Kemudian apabila dulunya si mayit pernah meninggalkan puasa ntah sebab udzur atau tidak dan ia kemudian mendapati waktu yang memungkinkan untuk mengqodho puasanya, maka menurut qoul qadim imam syafi’I, Ahli waris boleh memilih wajib qodho/ membayar fidyah si mayit.

Adapun yang dimaksud membayar fidyah puasa adalah sebuah tebusan untuk mengganti puasa puasa yang ditinggalkan. Apabil ada seseorang yang meninggalkan puasa Ramadhan sesuai ketentuan fidyah diatas, maka wajib bagi mereka untuk memberi makan orang miskin dengan takaran 1 mud makanan pokok/ 1 hari puasa yang ditinggal.

Kadar takaran 1 mud bila dikonversi ke jenis takaran zaman sekarang adalah 675 gr, hal ini sebagaimana penjelasan syekh wahban Al zuhaili dalam kitab Al fiqih Al islami wa Adilatuhu.

Cara praktiknya adalah sebagai contoh beriktu: Apabila ada seseorang meninggalkan puasa selama 10 hari, maka ia harus membayar fidyah sebesar 10 mud beras kepada faqir miskin. 10 mud beras itu boleh diberikan sekaligus kepada 1 orang faqir/ miskin saja.

Tetapi  apabila cuman membayar fidyah 1 mud saja, maka tidak boleh dibagi 2 untuk diberikan kepada dua orang faqir, tidak boleh dibagi separo separo 1 orang setengah mud, satu orang setengah mud. Hal ini sebagaimana ketarangan Syekh Khatib Al Syarbini dalam kitab Mughni Al Muhtaj.

Keterangan Kitab Safinatun Naja: 


Baca Juga: Sejarah Lengkap Kemerdekaan Indonesia Di Bulan Suci Ramadhan

Hidayah Ilahi Official
Hidayah Ilahi Official kami adalah bloger religi islam

Posting Komentar untuk "Orang Yang Boleh Tidak Puasa Ramadhan dan Syaratnya"