Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Pendeta Yang Berdialok Dengan Kepala Sayyidina Husein Hingga Masuk Islam

 


Kisah Pendeta Nasrani yang masuk islam setelah berdialok dengan Jenazah Kepala Sayyidina Husein Ra. Sayyidina Husein Adalah cucu Nabi Muhammad SAW yang sangat tragis Akhir hidupnya. Orang-orang yang membenci beliau, sangat kejam dalam membunuh dan menggorok leher beliau hingga putus. Bahkan sesudah wafat, jenazah kepala beliau di arak keliling kota oleh penguasa.

Namun, dibalik kisah menyedihkan ini, ada peristiwa ghaib menakjubkan yang dialami oleh seorang pendeta Nasrani. Ketika sang pendeta bertemu dengan jenazah kepala sayyidina Husein, Hidayah Allah lalu turun kepadanya dan akhirnya iapun memeluk Agama Islam. Berikut kisah selengkapnya.

Dikisahkan, dahulu ibnu ziyad pernah mengintruksikan supaya jenazah kepala sayyidina husein diarak ramai ramai menyusuri jalanan kota kufah.  Diriwayatkan, saat zaid bin Arqam sedang duduk, kepala sayyidina husein lewat disampingnya. Saat berada dihadapan, Zaid bin Arqam mendengar bahwa kepala sayyidina husein melantunkan QS. Al Kahfi Ayat 9:

 اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا

Yang Artinya: “Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?".

Peristiwa itu lantas membuat Zaid bin Arqam merinding hingga bulu kuduknya sampai berdiri. Ia lalu berkata “Demi Allah wahai putra Rosulullah, kisah kepalamu lebih mengherankan dan lebih mencengangkang” kisah ini sebagaimana keterangan Syaikh mufid dalam kitab Al Irsyad (juz2/hal117).

Kemudian, saat arak arakan kepala sayyidina husein berhenti di sisi sebuah Biara, ada seorang pendeta yang menaruh kepala sayyidina Husein didalam sebuah kotak.

Sedangkan, ada riwayat dari Quthub Rawandi yang mengisahkan bahwa kala itu kepala sayyidina Husein di tancapkan di mata tombak. Kemudian orang orang duduk mengelilingi dan menjaga kepala itu. orang orang itu semalaman pesta mabuk mabukan miras dan memakan makanan dengan lahapnya.

Saat sedang asyik asyiknya, tiba tiba orang orang itu melihat ada tangan yang keluar dari tembok biara. Ajaibnya tangan itu menulis syair didinding memakai pena besi.  Isi sya’ir itu adalah ”Apakah umat yang membunuh Husain mengharap syafaat kakeknya pada hari perhitungan?”

Meyaksikan hal itu, mereka lalu merasa ketakutan. Diantara mereka lalu ada yang berusaha menggapai pena aneh itu. Tetapi, saat hendak di ambil, pena itu tiba tiba hilang lenyap. Kemudian, saat mereka mau meneruskan aktivitas lagi, tiba tiba pena ajaib itu nampak lagi dan menulis sebuah syair “

“Tidak demi Allah, tiada pemberi syafaat bagi mereka. Mereka pada hari kiamat berada dalam siksaan yang sangat dahsyat.”. lalu tangan kembali menulis syair: “ Mereka telah membunuh Husain secara aniaya, keputusan mereka bertentangan dengan hukum Alkitab [al-Quran].”

Setelah melihat peristiwa menakutkan itu, mereka tidak nafsu lagi untuk makan. Karena sangking takutnya, mereka lanjut memilih langsung tidur. Kemudian, Pada saat waktu tengah malam, Ada pendeta yang mendengar adanya suara yang meratap.

Disamping itu, sang pendeta juga mendengar seseorang yang tengah bertasbih. Karena penasaran, sang pendeta lantas berdiri dan mengeluarkan kepala di jendela. Ternyata, ia melihat ada sebuah kotak aneh yang berada di samping dinding tak jauh darinya.

Saat itu terlihat  pancaran cahaya cahaya terang dari langit. Para malaikat turun dari lagit seraya berucap “Salam sejahtera bagimu wahai putra Rasulullah, salam sejahtera bagimu wahai Aba Abdillah, salawat dan salam Allah bagimu.”

Menyaksikan peristiwa ghaib itu, lantas membuat sang pendeta ketakutan dan sangat terkejut.  Kemudian , sang pendeta memutuskan untuk menunggu informasi hingga tibanya waktu subuh. Disaat waktu subuh sudah tiba, Sang pendeta lalu keluar dari biara dan bertanya kepada orang orang disana.

Pendeta bertanya kepada mereka “Isinya Apa kotak ini?” orang orang menjawab “ ini adalah kepalanya Husei bin Ali”. Pendeta melanjutkan pertanyaannya “Siapakah nama ibundanya?”mereka menjawab “Yaitu Fatimah Az Zahro (sang putri Nabi Muhammad SAW)”.

Mendengar hal itu, Sang pendeta lalu berkata “Celaka kalian atas apa yang sudah kalian perbuat!. Sungguh benar apa yang diberitahukan para rahib kami bahwa apabila orang ini terbunuh, maka langit akan menurunkan hujan darah, dan ini tidak akan terjadi kecuali ia adalah seorang nabi atau washi (penerima wasiat) nabi.

Sekarang ku mohon kepada kalian, agar menyerahkan kepala ini kepadaku sejam saja. sesudah itu, kan kukembalikan kepada kalian.”. Namun orang orang itu menolak dengan berkata “Kami tak akan mengeluarkan kepala ini kecuali di hadapan Yazid, supaya kami nantinya memperoleh hadiah darinya.” Sang pendeta lalu mempertanyakan apa hadiah yang akan di berikan Yazid. Kemudian orang orang itu mengatakan bahwa mereka nantinya akan dihadiahi sekantong uang sebesar sepuluh ribu dirham.

Kemudian sang pendeta bersedia mengganti kepala itu dengan uang yang mereka harapkan, asalkan mereka mau menyerahkan kepala sayyidina Husein itu. Mereka lalu bersedia, dan sang pendeta memberi uang kepada mereka sebesar sepuluh ribu dirham.

Kemudian, kepala sayyidina husein diserahkan kepada sang pendeta selama satu jam. Kepala suci itu lantas pendeta bawa ketempat ibadah, lalu di basuh memakai air kembang, dan diberi wangi wangian. Kepala sayyidina husein lalu di taruh di tempat sujud sang pendeta.

Pendeta lantas menangis seraya berkata  “Wahai Aba Abdillah, sesunggunya  diriku sangat menyesal tak berada di Karbala hingga dapat mempersembahkan nyawaku untukmu, Wahai Aba Abdillah kapan saja kau bertemu dengan kakekmu, berilah kesaksian bahwa diriku sudah mengucapkan syahadat dan masuk Islam di hadapanmu.”

Dari sini Sang pendeta dan pengikutnya lalu berikrak membaca kalimat syahadat dan memeluk agama islam, subhanallah. Kemudian, kepala sayyidina husein dikembalikan lagi

Sesudah peristiwa  itu , mantan pendeta memutuskan meninggalkan tempat ibadah biarnaya dan memilih hidup di sebuah gunung. Selama di pegunungan, ia sibuk beribadah, meningkatkan kezuhudan hingga akhir hayatnya. Sang pendeta yang dulu beragama Nasrani, kini telah mendapat hidayah Allah dan Wafat dalam keadaan Husnul Khotimah. Subhanallah.

Kemudian ada peristiwa yang mencengangkang. Setelah meminjamkan kepala sayyidina husein kepada pendeta selama satu jam, Para orang orang/ pasukan utusan ibnu ziyad lalu melanjutkan perjalanan panjangnya. Meraka lalu sampai di daerah dekat syam.

Disana meraka melakukan transaksi bagi bagi uang hasil pemberian sang pendeta yang sebesar 10.000 dirham tadi.  Namun saat uang mau dibagi bagi, tiba tiba uang didapati sudah berubah wujud menjadi tanah liat. Terkejutlah mereka.

Dalam riwayat lain. Dikisahkan, bahwa sang pendeta sempat berkata kepada jenazah kepala sayyidina Husein “Wahai kepala pemimpin alam semesta, diriku menyangka engkau adalah bagian dari orang-orang yang telah Allah gambarkan dalam Taurat dan Injil dan telah diberikan keutamaan takwil oleh-Nya. Karena para pemimpin Bani Adam di dunia dan di akhirat menangisimu. Aku ingin mengenal nama dan sifatmu.”

Kepala Sayyidina Husein kemudian menjawab “Sayalah orang yang teraniaya. Sayalah orang yang bersedih. Sayalah orang yang berduka. Sayalah orang yang dibunuh oleh pedang kezaliman. Sayalah orang yang dizalimi dengan perang melawan orang durhaka. Sayalah orang yang dengan tanpa dosa, hartanya dirampas. Sayalah orang yang dicegah untuk mendapatkan air.Sayalah orang yang diusir dari keluarga dan negerinya”.

Sang pendeta kemudian berkata “Demi Tuhan, wahai kepala suci. Jelaskan tentang dirimu lebih jelas lagi”. Kepala sayyidina husein berkata “Diriku adalah putra Muhammad Musthafa. Diriku adalah putra Ali Murtadho. Diriku adalah putra Fatimah Zahra. Diriku adalah putra Khadijah Kubra. Diriku adalah putra ‘Urwatul Wutsqo. Diriku adalah syahid Karbala. Diriku adalah orang yang terbunuh di Karbala. Diriku adalah yang teraniaya di Karbala. Diriku adalah yang kehausan Karbala.”

Saat para murid murid sang pendeta melihat dan menyaksikan peristiwa menakjubkan itu, mereka lalu menangis. Tidak hanya itu, mereka juga kemudian mematahkan tiang salib. Sesudah itu, mereka lalu mendatangi imam Zainal Abidan, dan dihadapanya mereka lalu mengucapkan kalimat syahadat masuk Agama islam. Allahu Akbar.

Dilansir dari Buku Mega Tragedi karya Abbas Syaikh Rais Kermani.

Baca Juga: Kisah Pidato Terakhir Sayyidina Husein Segelum Wafat Dan Keajaibannya

Hidayah Ilahi Official
Hidayah Ilahi Official kami adalah bloger religi islam

Posting Komentar untuk "Kisah Pendeta Yang Berdialok Dengan Kepala Sayyidina Husein Hingga Masuk Islam"