Kisah Penyesalan Yazid bin Muawiyah Setelah Wafatnya Sayyidina Husein
Kisah tangis penyesalan yazid bin muawiyah setelah
terbunuhnya sayyidina Husein. Dahulu, Khalifah yazid memiliki catatan sejarah
hitam atas terpenggalnya kepala sayyidina husein. Tragedi karbala tidak bisa
terlupakan dalam hidupnya, karena salah satu penyebab wafatnya cucu Nabi
Muhammad itu adalah yazid sendiri.
Sayyidina Husein terbunuh dengan terpenggal kepalanya.
Setelah itu kepala sayyidina husein dipakai yazid untuk mainan selama kurang
lebih dua bulan lamanya. Perbuatan ini sangat keterlaluan, apalagi korbanya
adalah kepala mulia cucu Nabi Muhammad SAW.
Namun anehnya, saat kepala mulia sayyidina husein digunakan
untuk mainan, kepala itu tidak terluka samaa sekali. Bahkan semakin
bertambahnya hari, wajah mulia sayyidina husein lama kelamaan malah semakin
indah dan tampan.
Peristiwa ini tentu menandakan bahwa sayyidina husein adalah
cucu nabi yang derajatnya mulia disisi Allah SWT. Beliau adalah sosok pemukanya
pemuda penduduk surga. Setelah kejadian menyedihkan itu, kepala sayyidina
husein dimakamkan di salah satu masjid yang menjadi kebanggaan bani
umayah.
Waktu semakin bergulir berganti. Tak terasa peristiwa kelam
karbala sudah lama terjadi. Kemudian timbulah rasa penyesalan dalam diri Yazid
bin muawiyah. Ia menyesal atas perlakuan buruknya kepada cucu Nabi Muhammad SAW
itu.
Ia terus menerus menangisi masa lalunya yang penuh dosa dan
kezaliman. Bahkan rasa sesal ini masih berlangsung sampai akhir penyerahan
kursi kekuasaanya kepada putranya yaitu Muawiyah bin Yazid. Seperti kita ketahui, bahwa kekuasaan bani
umayah diturunkan dalam lingkup keluarga
mereka sendiri.
Namun putra Yazid yang bernama Muawiyah bin Yazid, tidak mau
diserahi jabatan khalifah. Muawiyah bin yazid masih saja teringat ingat tragedi
yang dilakukan ayahnya. Itulah alasanya Muawiyah bin yazid enggan terjun
kedunia politik.
Ia kemudian lebih menyukai kehidupan sederhana dalam
kezuhudan serta sebagai cara untuk menebus dosa dan kesalahan ayahnya Yazid.
Muawiyah bin zayid lalu dikenal sebagai orang yang sangat zuhud. Ia pernah
berkata: “Mincintai dunia adalah pangkal dari segala kesalahan.”
Akhirnya, karena Muawiyah enggan terjun kedunia politik,
maka jabatan kekhalifahan selanjutnya di berikan kepada Marwan bin hakam.
Meskipun Yazid bin Muawiyah pernah menapak noda hitam dalam sejarah islam dan
kepada dzuriyah Nabi Muhammad SAW, tetapi kita tak boleh mencelanya.
Kita cukup mendoakan orang orang yang bersalah itu supaya dosa dan kesalahanya
mendapat ampunan dari Allah SWT. Memang didunia ini manusia tentu memiliki
salah dan dosa, kecuali para Nabi Nabi Allah SWT.
Selanjutnya, setelah Wafatnya sayyidina husein, garis
keterunanya kemudian di turunkan kepada enam/ tujuh anaknya. Satu diantara
mereka adalah seorang anak laki laki bernama Sayyid zainal Abidin.
Sedangkan untuk keturunan anak anak perempuan sayyidna
husein banyak tersebar di wilayah damaskus.
Banyaknya keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur sayyidina Husein ini,
maka kemudan menjadikan wilayah damaskus menjadi salah satu tempat yang berkah.
Inilah Kisah Imam Syafi’I dituduh syiah karena puisinya
tentang Imam Husein. Dahulu, imam syafi’I adalah salah satu ahli fikih
termasyhur dalam madzab sunni. Beliau pernah merasa hatinya bergejolak saat
menggali kisah kisah sayyidina husein yang syahid terbunuh di karbala.
Beliau merasa berduka sedalam dalamnya atas wafatnya cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW itu. Deras sekali rasa sedih itu mendapati hikayat kelam karbala. Untuk mengungkapkan kesedihan itu, Imam Syafi’I lantas menuangkan dalam tulisan puisi.
Dalam kitab Diiwan Al imam Assyafi’I, ada sebuah puisi imam
syafi’I yang bisa bikin pembacanya meneteskan air mata. Beriktu puisinya:
“Hatiku mengeluh, karena hati manusia sedang merana.
Kantuk tak lagi datang, susah tidur membuatku pusing.
Wahai siapa yang akan menyampaikan pesanku kepada Al-Husain.
Yang dibantai,meski tak berdosa.
Bajunya seakan-akan dicelup basah dan memerah.
Kini meski pedang pun meratap, dan tombak menjerit.
Dan kuda yang kemarin meringkik, kini meratap.
Bumi bergetar karena keluarga Nabi Muhammad.
Demi mereka, gunung-gunung yang kukuh niscaya akan meleleh.
Benda-benda langit rontok, bintang-bintang gemetar.
Wahai cadur-cadur dirobek, demikian juga hatiku!.
Manusia bershalawat untukNya yang diutus dari kalangan Bani
Hasyim.
Dia juga memerangi anak-anaknya.
Duhai alangkah anehnya!.
Jika aku dianggap berdosa karena kecintaan kepada keluarga
Nabi Muhammad.
Maka aku tidak akan pernah bertaubat dari dosaku itu”.
Imam syafi’I memang sangat rajin mempelajari sastra arab
klasik. Beliau juga pandai dalam menuliskan sya’ir syair indah dan menggugah
hati.
Dalam puisinya, imam syafi’I menuliskan gambaran betapa pedihnya ketika sayyidina husein di penggal dan dibantai habis habisan sampai membuah tanah sekelilingnya merah terkena cucuran darah. Dengan tulisan puisi ini, imam syafi’I berharap agar kisah sejarah sayyidina husein bisa dijadikan suluh oleh umat islam dalam menelusuri kebenaran dan membungkam tindak kezaliman.
Semangat sayyidina husein juga membawa pengaruh imam syafi’I
dalam menuliskan fatwa fatwa yang dirasa provokatif oleh penguasa. Fatwa itu adalah: “Kebaikan dunia dan akhirat
terdapat dalam lima perkara; jiwa yang merasa cukup, tidak meyakiti orang,
mencari rizki yang halal, selalu bertakwa dan selalu percaya dan bergantung
kepada Allah dalam semua hal.”
Fatwa ini tentu berlawanan dengan fakta kehidupan penguasa
harun Ar -Rasyid sang khalifah dinasti abbasiyah.
Sebab karya karyanya, imam syafi’I lantas tidak suka
berkecimpung dalam dunia pilitik kekuasaan. Bahkan pernah imam syafi’I diburu
oleh penguasa harun Ar -Rasyid karena imam syafii dituduh berupaya melawan,
memberontak dan membela kelompok syiah.
Kala itu memang ajaran syiah dianggap sebagai ajaran yang
membahayakan kerajaan. Padahal sebenarnya, imam syafi’I hanya meluapkan rasa dukanya dan rasa
cintanya kepada sayyidina Husein yang bernasip malang. Disisi lain sayyidina
husein adalah cucu kesayangan nabi Muhammad SAW.
sebab karya karya imam sayfi’I yang dianggap berbahaya,
kemudian mengakibatkan imam syafi’I dan beberapa muridnya dijebloskan kedalam
penjara oleh penguasa. Imam syafi’I tetap kukuh dengan sikapnya dalam membela
kebenaran dan memeranggi kezaliman.
Beliau enggan merevisi fatwa maupun karya puisinya meskipun
harus dipenjara. Selain itu penderitaan dipenjara tidaklah sebanding dengan
perjuangan besar sayyidina husein dalam melawan kezaliman penguasa. Begitulah
sekilas kesedihan dan kecintaan imam syafi’I saat menulis hikayat wafatnya cucu
Nabi Muhammad SAW yang sangat tragis dan menyayat hati.
Baca Juga: Kisah Nasib Tragis Para Pembunuh Sayyidina Husein di Karbala
Posting Komentar untuk "Kisah Penyesalan Yazid bin Muawiyah Setelah Wafatnya Sayyidina Husein"
Masukkanlah Komentarmu dengan Baik..!!!