Kisah Perselisihan Dan Perebutan Kekuasaan Khalifah Antara Sayyidina Hasan & Muawiyah bin Abu Sufyan
Kisah sedih cucu Rasulullah
yakni Sayyidina Hasan sebelum Wafat. Dahulu, jauh sebelum sayyidina
husein wafat terbunuh dikarbala, Sang kakak yang bernama sayyidina hasan juga
mengalami nasib menyedihkan di akhir hidupnya.
Kedua peristiwa wafatnya cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW
itu mengingatkan kita kepada tragedi kelam yang juga menimpa Sang Ayah yaitu
Khalifah Ali bin Abi Thalib, dimana sang
ayah dahulu juga wafat setelah ditikam dan dibunuh oleh seorang khawarij
bernama Abdurrahman bin muljam. Kehidupan keluarga nabi itu tidak lepas dari
badai fitnah, gejolak politik & tragedi perebutan kekuasaan kekhalifahan.
Sayyidina hasan dan husein, keduanya merupakan Putra
Khalifah Ali bin Abi Thalib. Setelah sang ayahanda wafat, sayyidina hasan
lantas dibaiat menjadi khalifah menggantikan penghulunya para khulafaurrashidin
yang kesemuanya sudah wafat.
Menurut ahli sejarah, sikap sayyidina hasan lebih lunak dari
pada sang adik sayyidina husein. Bahkan Dahulu, Rasulullah SAW pernah mendoakan
sayyidina hasan agar bisa mendamaikan dua kelompok kaum muslimin. Sayyidina
hasan lebih suka mengalah dan berdamai jika terjadi perselisihan antar umat
islam.
Pengangkatan sayyidina hasan sebagai khalifah, lantas
mengakibatkan pihak Sahabat Muawiyah bin Abu sufyan berang. Kita tahu
sebelumhya, saat khalifah Ali masih hidup, sahabat muawiyah pernah terlibat
perselisihan dengan ayahanda sayyidina Hasan itu. Sahabat muawiyah memang
berambisi untuk menjadi khalifah untuk memimpin umat islam.
sikap Kita sebagai umat islam tentu netral dan husnudzon
meyikapi perselisihan itu. Keduanya tentu orang mulia namun tidak lepas dari
kesalahan, Sayyidina hasan adalah dzuriyah Nabi sedangkan Muawiyah adalah
sahabat nabi.
Ketika sayyidina hasan merasa posisi kekhalifahanya terancam
oleh muawiyah, beliau lantas tak memilih
melakukan perlawanan. Sayyidina hasan
lalu menulis dan mengirim surat untuk muawiyah di damaskus.
Sayyidina hasan lantas meminta baik baik kepada muawiyah
agar bersedia berbaiat kepadanya. Dalam suratnya khalifah sayyidina hasan
berkata “Janganlah kamu terus menerus terbenam dalam kebatilan dan kesesatan.
Bergabunglah dengan orang orang yang sudah berbaiat kepada diriku.
Sebetulnya, kamu sudah tahu, bahwasanya diriku lebih berhak
menduduki sebagai pemimpinya umat islam. Lindungilah kamu dari azab Allah dan
jangan berbuat durhaka. Berhentilah menumpahkan darah, sudah banyak darah yang
keluar yang harus kamu tanggung diakhirat nanti.
Katakanlah baiatmu
kepadaku dan jangan kau menuntut hak yang bukan hakmu demi kerukunan dan
persatuan umat islam” itulah kutipan surat sayyidina hasan sebagaimana ditulis
Alhamid Alhusaini dalam buku Al Husein bin Ali Pahlawan Besar dan Kehidupan
islam pada zamanya.
Dari surat itu bisa kita lihat bahwa sikap khalifah hasan
lebih menyukai berdamai dan menghindari konflik berdarah demi persatuan kaum
muslimin. Tetapi, muawiyah kemudian malah menolak berbaiat kepada khalifah
hasan. Muawiyah memang sudah dari zaman khalifah ali ingin menduduki posisi
khalifah.
Muawiyah lantas membalas surat itu dan berkata “jika ku
yakin kau lebih pantas jadi pemimpin dari diriku, dan jika ku yakin kau mampu
menjalankan politik untuk memperkuat kaum muslim dan melemahkan kekuatan musuh,
tentunya posisi khalifah kan kuberikan kepadamu”
Balasan muawiyah itu tentu bukanlah yang khalifah hasan
inginkan. Tidak berselang lama, muawiyah kemudian mengumpulkan ribuan pasukan
perang untuk menyerang dan melumpuhkan kekuatan khalifah hasan di kufah.
Khalifah hasan memang menyukai perdamaian, tetapi melihat
ancaman serangan itu, beliau lantas memberi tahu kepada orang orang kufah bahwa
kota kufah hendak di serang pasukan perang Muawiyah dari syam. Khalifah hasan
lantas meminta kaum pria kufah untuk ikut berperang melawan bahaya itu.
Khalfiah hasan lalu memilih daerah Nukhailah sebagai markas
pasukan perangnya. Tetapi, banyak penduduk kufah yang tak begitu menghiraukan seruan sang
khalifah yang dibaiat mereka sendiri. Namun setelah sahabat Adi bin hatim
berorator kepada penduduk kufah agar menyambut seruan khalifah hasan, sebagian
penduduk kufah lantas ada yang menyambut seruan khalifah hasan untuk ikut
berperang dan ada yang tidak. Diketahui Adi bin hatim merupakan pimpinan suku At
Tha’iy. Beliau memang ahli orator. Beliau juga merupakan sahabat Nabi.
Dalam persiapan menghadapi serangan tentara muawiyah,
khalifah hasan lantas menjadikan ubaidillah bin Abbas sebagai komandan pasukan.
Pasukan khalifah hasan yang dipersiapkan berjumlah 12 ribu orang. Mereka adalah
pasukan terbaik dan gagah berani.
Namun sayang sekali, ubaidillah bin abbas yang sudah
dipercaya khalifah hasan malah berbelot
berkhianat. Ia berkhianat setelah
tergiur uang dari pihak muawiyah. Pihak muawiyah berjanji akan memberi
ubaidillah sejumlah uang apabila ia mau bergabung dengan pasukan muawiyah.
Pengkhianatan ubaidillah inilah yang kemudian membuat mental
pasukan khalifah hasan ciut. Khalifah hasan merasa sangat kecewa dengan
pengkhianatan itu. Darisinilah, banyak pasukan khalifah hasan yang putus asa
dan malah akhirnya berbalik menyerang sang khalifah.
Situasi kacau seperti ini lantas membuat khalifah hasan
berfikir, bahwasanya berperang melawan pasukan muawiyah tidak ada manfaatnya
jikalau mental pasukanya sendiri sudah ciut dan putus asa. Kondisi ini tak
memungkinkan untuk berperang.
Kemudian, khalifah hasan memilih mengajukan perdamaian
kepada Muawiyah dengan beberapa perjanjian. Salah satu isi perjanjian itu
adalah menyerahkan kursi kekhalifahan kepada Muawiyah bin abu sufyan.
Penyerahan kekuasaan ini tentunya membuat banyak pihak yang
kecewa, terutama bagi para pecinta ahlul bait Nabi Muhammad SAW. Salah satu
orang yang kecewa adalah Hujur bin Adi.
Hujur merupakan orang yang sangat setia kepada ahlul bait Nabi. Sangking
kecewanya, ia sampai marah dan mengecam tindakan sayyidina hasan.
Sayyidina hasan lantas menjelaskan baik baik kepada
Hujur bin adi tentang maksud perdamaian
itu. Sayyidina hasan berkata: “Wahai hujur, perlu kau tahu bahwasanya tak semua
orang menginginkan apa yang kau mau itu.
Selain itu juga tak semua orang berfikir seperti kamu.
Sebenarnya penyerahan posisi khalifah kepada muawiyah itu, diriku tak memiliki
tujuan lain kecuali hanya untuk menyelamatkan kalian dari kehancuran dan juga
kebinasaan”. Setelah penyerahan kekuasaan ini, sayyidina hasan memilih
untuk kembali kemadinah.
Sebelum melakukan perjalanan ke Madinah, sayyidina hasan
menyelesaikan berbagai kepentingan di kufah terlebih dahulu. Beliau juga
menyampaikan pesan pesan kepada para pendukungnya di kufah. Sayyidina hasan
memberi kabar, bahwasanya Muawiyah sudah mengambil alih kursi kekhalifahanya.
Sayyidina hasan juga mengatakan bahwa beliau lebih
memprioritaskan berdamai disaat dua pihak umat muslim sedang berselisih. Beliau
tak ingin adanya penumpahan darah lagi antar umat muslim sebagaimana tragedi
kelam masa masa dulu. Sikap sayyidina hasan memang lunak sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW dahulu.
Baca Juga: Kisah Detik Detik Wafatnya Sayyidina Hasan Bin Ali Diracuni Istri Sendiri
Posting Komentar untuk "Kisah Perselisihan Dan Perebutan Kekuasaan Khalifah Antara Sayyidina Hasan & Muawiyah bin Abu Sufyan"
Masukkanlah Komentarmu dengan Baik..!!!