Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Misteri Makam Jenazah Kepala Sayyidina Husein Setelah Perang Karbala


Kisah misteri makam jenazah kepala sayyidina Husein Setelah Tragedi pertempuran karbala. Sejarah kelam tidak bisa dihilangkan dari ingatan umat islam. Terbunuhnya cucu sekaligus Dzuriyah Nabi Muhammad SAW, memunculkan kesedihan medalam dari kalangan umat islam.

Tragedi karbala juga memunculkan konflik, dan dianggap sebagai awal terpecahnya islam menjadi aliran suni dan aliran syiah. kaum syiah menjadikan sayyidina husein termasuk dalam jajaran imam syiah yang ke tiga. Selain itu, aqidah dan praktik ibadah orang orang syiah juga ada perbedaan dengan aliran suni. Berikut kisah perjalanan kelam jenazah mulia sayyidina Husein bin Ali.

Dahulu, Setelah pertempuran karbala berakhir, nasib jenazah sayyidina husein dibawa kemana mana. Kita tahu sebelumya, bahwa jenazah tubuh dan kepala sayyidina husein terpisah akibat dipenggal pada pertempuran karbala.

Bagian tubuh sayyidina husein dimakamkan disekitar beliau wafat di karbala. Sedangkan bagian untuk kepala, banyak perbedaan pendapat diantara para ulama. Hal ini dikarenakan, dulu jenazah kepala sayyidina husein sempat dibawa berpindah pindah tempat  dan bahkan di bawa keluar negeri oleh penguasa kala itu.

Didapati dari sumber syiah menyebutkan bahwa kepala sayyidina husein dimakamkan Bersama jasadnya di karbala. Namun menurut sumber selain syiah,  ada banyak tempat yang di klaim sebagai tempat dimakamkanya kepala mulia cucu Nabi itu.

Perbedaan pendapat ini muncul sebab setelah pertempuran karbala,  kepala sayyidina husein sempat di bawa kepada penguasa kala itu yaitu Yazid bin muawiyah. Oleh sebab itu, para ulama suni mengklaim ada 6 lokasi yang diyakini itu adalah makam kepala  sayyidina husein.

Enam tempat makam itu tersebar di beberapa daerah dan negeri. Yaitu diantaranya di damaskus, lalu di karbala, di Raqqa, di Askelon, di kairo mesir, dan di kota Madinah. Mengapa bisa berbeda beda tempatnya…? Baik mari kita terlusuri lebih jauh. 

Menurut Asy Syablanji dalam kitab nurul Abshar mngisahkan, bahwa setelah peperangan karbala, keluarga tentara serta kepala mulia sayyidina husein di bawa  ke pemimpin kufah ibnu ziyad layaknya tawanan. Lalu, kepala sayyidina husein dibawa kedamaskus untuk di berikan kepada Yazid bin muawiyah.

Sesudah dibawa ke yazid inilah, ahli sejarah banyak berbeda pendapat. Dalam kitab At Tadzkiroh, imam Al Qurtubi meriwayatkan dari madzhab imamiyah, bahwasanya dahulu kepala sayyidina husein berhasil di satukan dengan badan beliau dikarbala. Peristiwa ini terjadi sesudah 40 hari dari pertempuran karbala. Namun riwayat ini tak ada rujukan dalam suni.

Kemudian menurut Abbas ‘Aqod dalam kitab Abqoriyat mengisahkan, bahwa setelah dari zayid kepala sayyidina husein diberikan kepada keluarga Abu Mu’aith di Raqa dan dimakamkan di rumah mereka.

Dalam kitab bidayah wanihayah, imam ibnu katsir menjelaskan bahwasanya kepala sayyidina husein sempat di gantung di damaskus selama tiga hari, dan setelah itu disimpan di brangkas senjata. Pada masa kekuasaan Sulaiman bin Abdul malik, kepala itu lalu diambil dikafani dan dimakamkan. Namun setelah beberapa tahun makam itu dibongkar dan dicuri kelompok Musawadah.

Dalam kitab Ma’atsir Alinaqoh, Al-Qolqasyandi menjelaskan, ada pendapat bahwasanya jenazah kepala sayyidina husein dimakamkam di Ashkelon. Lalu dalam Kitab nurul Abshor Asyablanji mengisahkan,  bahwasanya saat kepala sayyidina husein di berikan kepada Yazid, kemudian yazid memberi perintah agar kepala sayyidina husein diarak keliling kota sampai Ashkelon. Kemudian Pemerintah Ashkelon mengintruksikan agar kepala sayyidina husein dimakamkan disana.

Apabila kepala sayyidina husein benar dimakamkan diAshkelon, Maka Argumen yang berpendapat kepala sayyidna Husein di kairo bisa jadi benar. Hal ini sebab ada tulisan Alqalqasyandi yng mengisahkan proses pemindahan kepala itu.

Dikisahkan saat Raja Alfaiz (yaitu salah satu raja syiah fathimi mesir) mau mendirikan bangunan universitas, maka dia menginginkan supaya kepala sayyidina husein dibawa ke mesir. Raja Alfaiz lalu memerintah thala’I bin ruzik untuk menyuap orang orang Ashkelon supaya mau meindahkan kepala sayyidina husein ke kairo mesir.

Menurut Asyablanji, uang sogoan itu besarnya adalah 300 ribu dinar. Kemudian, warga Ashkelon lalu bersedia menerima tawaran itu. Setelah fix, dinasti fathimiyah lalu mengutus tentara tentara untuk memindahkan kepala sayyidina husein ke mesir.

Namun riwayat ini dibantah oleh ibnu taimiyah, beliau mengatakan bahwa lokasi makam kepala sayyidina husein di Ashkelon dan di kairo mesir tidaklah benar. Beliau juga berpendapat bahwa makam itu adalah bukan makam orang islam, melainkan makam orang Nasrani.

Sedangkan menurut mayoritas ulama termasuk ibnu taimiyah, bahwa makam kepala sayyidina Husein itu berada di pemakaman baqi Madinah, tepatnya disamping sang ibunda yaitu Sayidatina Fatimah RA. Argumen ini didukung juga riwayat-riwayat dari At-Thabari, Az-Dzahabi, ibunu katsir dan lainya.

Selain itu, sejarawan tersohor seperti Philip Hitti lebih mengarah kepada argument ini. Begitulah beberapa lokasi yang diyakini sebagai makam kepala sayyidina husein, perbedaan pendapat ini memang sulitnya mencari fakta yang real.

Yang terpenting, mari kita sebagai umat muslim senantiasa selalu mencintai dzuriyah Nabi besar Muhammad SAW. Kita turut bersedih atas insiden yang menimpa Sayyidina husein dimasa lalu. Bisa kita bayangkan betapa dihinakanya jenazah beliau di dunia, dari wafat beliau sudah di penggal, lalu digantung, di bawa kemana mana, di arak kemana mana, bahkan lokasi makam kepala mulia beliau sampai saat ini masih menjadi misteri.

Meskipun nasib beliau terlihat hina di dunia, tapi diakhirat beliau tergolong orang mulia. bahkan di sabdakan Nabi Muhammad bahwa sayyidina Hasan dan Husein akan menjadi pemimpinya para pemuda surga di akhirat kelak, Subhanallah.

Baca Juga: Kisah Pendeta Yang Berdialok Dengan Kepala Sayyidina Husein Hingga Masuk Islam

Hidayah Ilahi Official
Hidayah Ilahi Official kami adalah bloger religi islam

Posting Komentar untuk "Misteri Makam Jenazah Kepala Sayyidina Husein Setelah Perang Karbala"