Sejarah Tragedi Karbala dan Kronologi Wafatya Sayyidina Husein bin Ali
Tragedi karbala, Kisah Kelam Terbununya Cucu Mulia Nabi
Muhammad yang sangat tragis dan menyedihkan. Pada tanggal 10 Muharam tahun 61
H/ 10 Oktober tahun 680 M, menjadi tragedi berdarah dalam sejarah dunia islam.
Pasalnya cucu Nabi Muhammad yang bernama Sayyidina Husein bin Ali, diserang,
dibunuh dan dipengggal dengan cara yang sangat biadab.
Padahal Sayyidina Husein adalah cucu yang sangat disayangi
Nabi Muhammad dan termasuk Ahli surga. Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW
bersabda: “Hasan dan Husein adalah dua pimpinan pemuda penduduk surga dan
ayahnya (Ali bin Abi Thalib) lebih baik dari keduanya.” (HR at-Tirmidzi).
Berikut perjalanan kisah tragedi karbala yang menyedihkan
Dikisahkan, Dahulu setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, umat
islam lantas mengalami kekosongan pemimpin. Sebagai gantinya, sahabat Abu bakar
kemudian dipilih menjadi Khalifah pertama. Dalam masa pemerintahanya beliau
juga diterpa banyak ujian.
Fitnah fitnah banyak bertebaran dikalangan umat islam. Kisah
sedih juga menimpa khalifah kedua yaitu umar bin khatab, beliau bahkan wafat
dibunuh Abu Lukluah. Pada masa kekhalifahan ke 3 yaitu sayyidina Ustman bin
Affan, Beliau juga dibunuh dengan cara yang sangat keji.
Fitnah, konflik politik, perpecahan semakin banyak bermunculan ditengah umat
muslim. Pada masa khalifah keempat yaitu Khalifah Ali bin Abi thalib, juga tak
luput dari tragedi kelam. Bahkan akhir hidup sang khalifah terbunuh di tangan
Abdurrahman bin Mujam (yaitu seorang dari golongan khawarij).
Setelah wafatnya keempat khulafaurrasyidin, Kaum muslim
kufah menghendaki sayyidina Hasan (atau cucu Nabi) sebagai khalifah
selanjutnya. Namun dari pihak Muawiyah bin Abu sufyan menghendaki untuk
meneruskan kepemimpinan umat islam.
Karena Sayyidina hasan khawatir terjadi pertumpahan darah, beliau
lantas memilih berdamai dengan melakukan
perjanjian dan menyerahkan tongkat kekhalifahan kepada Muawiyah. Akhirnya dua
kubu umat islam yang saling berseteru, akhirnya bisa kembali berdamai dan
Bersatu kembali.
Sayyidina hasan lebih menyukai perdamaian dari pada
permusuhan, beliau awalnya juga tidak
berkenan menjadi khalifah, namun penduduk kufah yang mendesaknya. Sayyidina
hasan lalu memilih keluar dari kufah dan menetap di kota Madinah hingga akhir
hayatnya.
Setelah wafatnya khalifah muawiyah bin abu sufyan,
kekhalifahan lantas diteruskan oleh putranya yaitu Yazid bin muawiyah. Namun
penduduk kufah merasa kecewa dengan kepemerintahan yazid. Tokoh Madinah juga
banyak yang enggan mengakui kekhalifahan yazid.
Umat muslim yang kecewa dengan kepemimpinan yazid, lantas
meminta cucu Nabi Muhammad yang bernama Husein untuk datang ke kufah guna
dibaiat sebagai khalifah. Polemik inilah yang nantinya akan mendatangkan
tragedi yang sangat menyedihkan.
Diangkatnya yazid sebagai penguasa juga turut mengancam keselamatan
sayyidina husein yang kala itu masih tinggal di Madinah. Banyak mata mata yang
berkeliaran guna mengintai pergerakan cucu nabi Muhammad SAW itu.
Untuk menghindari ancaman, Sayyidina Husein dan keluarga
kemudian memilih pindah ke kota makkah demi keselamatan. Kabar dukungan
penduduk kufah yang menginginakn sayyidina husein agar di angkat menjadi
khalifah kian mengalir. Namun cucu Nabi itu tidak terburu buru menerima
permintaan itu.
Sayyidina Husein awalnya mengutus utusan bernama muslim bin
‘Aqil untuk melihat keadaan sebenarnya disana. Namun kabar pembaiatan sayyidina
husein dan kedatangan utusan ke kufah diketahui oleh Yazid.
Kemudian Yazid mengganti kepala daerah kufah dengan sosok
ubaidillah bin ziyad yang terkenal kejam. Akhirnya utusan sayyidina Husein ikut
diintai dan di bunuh oleh pasukan ubaidilah bin ziyad itu. Sebelum waafat, Muslim bin ‘Aqil sudah
berkirim surat dengan sayyidina hasan tentang kondisi kufah saat itu.
Kemudian, Sayyidina husein memantapkan diri untuk pergi ke
kufah beserta beberapa rombonganya. Awalnya banyak yang mencegah sayyidina
husein agar tidak ke kufah, takutnya bisa terjadi hal hal yang tidak di
inginkan. Namun pencegahan itu, tidak menyurutkan tekad sayyidina husein untuk
tetap pergi ke kufah.
Akhirnya dengan berat hati, pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun
60 H, penduduk mekkah lalu melepas sayyidina husein dan rombongan yang hendak
pergi ke kufah. Mereka sampai di karbala pada tanggal 2 Muharram tahun 61 H.
Gerak gerik kedatangan rombongan sayyidina husein lalu diawasi
oleh pasukan utusan Ubaidllah bin ziyad
yang dikomandani oleh Al Hurr bin Yazid Attamimi. ubaidilah bin ziyad yaitu sang kepala daerah
kufah kemudian mempersiapkan 4000 pasukan perang yang dikomandani umar bin
Sa’ad bin Abi Waqqash.
Pasukan perang ini lalu dikirim pergi untuk menggempur
sayyidina Husein dan rombonganya yang berjumlah 72 orang. Bayangkankan saja
4000 pasukan melawan 72 orang, sungguh keterlaluan.
Pada tanggal 10 Muharram tahun 61 H, terjadilah pertempuran
dasyat antara dua kubu. Rombongan Sayyidina Husein dengan kejamnya dihujani
panah, tombak, dan sabetan pedang yang mengerikan. Kekuatan sudah dikerahkan
untuk bertahan, namun Allah berkhendak lain.
Pasukan dari pihak sayyidina husein digempur habis habisan
hingga bersimbah darah dan meninggal dunia. Tidak tanggung tanggung,
pertarungan dimasa khilafah dulu bahkan sampai merenggut cucu mulia Nabi
Muhammad SAW.
Pasukan musuh dengan keji menebas kepala mulia Sayyidina
Husein dengan pedang sampai bercucuran darah. Darah itu lalu beliau balut
hingga balutan dipenuhi darah merah. Kekejaman datang lagi, ada yang tega
melesatkan anak panah hingga melukai leher cucu Nabi itu.
Meski diserang seperti itu, sayyidina Husein masih hadup,
beliau merasa haus dan berusaha melangkah kearah sungai untuk minum. Namun
Pasukan musuh kembali menyerang beliau dan tak membiarkan untuk mendapat air
minum. Naudzubillah min dzalik.
Belum cukup, Sayyidin husein lalu ditombak dan di gorok
lehernya hingga akhirnya beliupun terkapar dan meninggal dunia. Kepala mulia sayydina
husein dipenggal hingga putus.
Imam Ibnu Katsir dalam kitab Albidayah Wan nihayag
menjelaskan, bahwa sosok yang menombak dan menggorok leher sayyidina husein
adalah bernama Sinan bin Anas bin Amr Nakhai. Setelah dipenggal, Kepala mulia
sayyidina husein lalu dibawanya juga kepada Khawali bin Yazid.
Selain itu, Anas juga memberi laporan bahwa kepala sayyidina
husein juga di bawa kepada ubaidilah bin ziyad. Disana kepala itu diperlakukan
dengan biadab, ubaidillah bin ziyad memainkan tongkatnya sampai mengenai mulit
dan hidung mulia sayyidina husein.
Perlakuan itu sampai membuat Anas berkata “Demi Allah!
sungguh aku pernah melihat Rasulullah mencium tempat engkau memainkan tongkatmu
ke wajah Husein ini.”. Imam ibnu katsir menyebutkan bahwa ada 72 orang dari
rombongan Sayyidina Husein yang wafat terbunuh termasuk putra sayyidina husein
sendiri.
Dalam Tarikh Al Khulafah imam suyuti menjelaskan, bahwa dihari wafatnya sayidina husein, dunia
ini berasa terhenti selama tujuh hari, matahari meratap dan terjadi gerhana
matahari. Selain itu pemandangan langit terlihat berwarna merah selama 6 bulan
lamanya. Allahu Akbar.
Sayyidina Hasan dan husein disebut Nabi kelak akan menjadi
pemimpinanya para pemuda Surga. Sungguh
kejam orang yang berani membunuh cucu mulia Nabi Muhamma SAW itu. Mereka pikir
Nabi tidak mengetahui tragedi karbala yang menimpa sayyidina husein. Masih kah
kelak dipadang mahsyar orang orang itu memelas meminta syafaat Nabi Muhammad
SAW?.
Baca Juga: Misteri Makam Jenazah Kepala Sayyidina Husein Setelah Perang Karbala
Posting Komentar untuk "Sejarah Tragedi Karbala dan Kronologi Wafatya Sayyidina Husein bin Ali"
Masukkanlah Komentarmu dengan Baik..!!!